Nasionalisme dan Agama: Merajut Bingkai Kebangsaan berbasis Spiritual
DOI:
https://doi.org/10.5281/zenodo.16478651Kata Kunci:
Agama, Kebangsaan, Kemanusiaan, nasionalisme, spiritualitasAbstrak
Masalah kebangsaan dan agama menjadi tema yang terus menerus layak untuk dikaji. Nasionalisme dan agama tidak bisa dipertentangan atau dipermasalahkan antar keduanya, karena keduanya saling bersinergi. Tujuan penelitian ini ialah mencari model rasa cinta pada tanah air dengan berlandaskan pada agama sehingga memunculkan semangat yang integratif yakni fisik dan ruhani. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan, teknik pengumpulan data dari studi dokumentasi tiga data base (Google Scholar, ERIC dan DOAJ), teknik analisa data menggunakan induksi dan interpretasi. Hasil menunjukkan bahwa model berbangsa berbasis spiritual digunakan untuk memberikan rasa semangat cinta tanah air dengan landasan spiritual yang kuat. Sikap berbangsa berbasis spiritual memiliki lima indikator yaitu moderat, persatuan, bijak, iklusif-humanis dan plural-toleran. Kelima indikator tersebut sebagai dasar untuk mengimplementasikan berbangsa berbasis spiritual. Mencintai bangsa, menjaga dan memajukannya tidak bisa dilepaskan dari unsur-unsur spiritual agama. Spiritual agama sebagai benteng untuk membina perilaku dan pribadi yang berkarakter. Mencintai negara dengan kemuliaan karakter dapat menjadi semangat dalam memberikan kontribusi yang nyata bagi kemajuan bangsa. Kemaslahatan manusia secara universal juga menjadi tujuan utama dari model berbangsa berbasis spiritual ini. Sikap keagamaan yang kuat melahirkan kepekaan sosial yang tinggi untuk mendukung solidaritas, empati dan saling mengasihi antar sesama. Artinya, kebangsaan berbasis spiritual bukan semata-mata hanya mencintai negara saja tetapi seluruh yang ada di negara itu termasuk penduduk (masyarakat) dan kemajemukan yang ada.
Referensi
Masalah kebangsaan dan agama menjadi tema yang terus menerus layak untuk dikaji. Nasionalisme dan agama tidak bisa dipertentangan atau dipermasalahkan antar keduanya, karena keduanya saling bersinergi. Tujuan penelitian ini ialah mencari model rasa cinta pada tanah air dengan berlandaskan pada agama sehingga memunculkan semangat yang integratif yakni fisik dan ruhani. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan, teknik pengumpulan data dari studi dokumentasi tiga data base (Google Scholar, ERIC dan DOAJ), teknik analisa data menggunakan induksi dan interpretasi. Hasil menunjukkan bahwa model berbangsa berbasis spiritual digunakan untuk memberikan rasa semangat cinta tanah air dengan landasan spiritual yang kuat. Sikap berbangsa berbasis spiritual memiliki lima indikator yaitu moderat, persatuan, bijak, iklusif-humanis dan plural-toleran. Kelima indikator tersebut sebagai dasar untuk mengimplementasikan berbangsa berbasis spiritual. Mencintai bangsa, menjaga dan memajukannya tidak bisa dilepaskan dari unsur-unsur spiritual agama. Spiritual agama sebagai benteng untuk membina perilaku dan pribadi yang berkarakter. Mencintai negara dengan kemuliaan karakter dapat menjadi semangat dalam memberikan kontribusi yang nyata bagi kemajuan bangsa. Kemaslahatan manusia secara universal juga menjadi tujuan utama dari model berbangsa berbasis spiritual ini. Sikap keagamaan yang kuat melahirkan kepekaan sosial yang tinggi untuk mendukung solidaritas, empati dan saling mengasihi antar sesama. Artinya, kebangsaan berbasis spiritual bukan semata-mata hanya mencintai negara saja tetapi seluruh yang ada di negara itu termasuk penduduk (masyarakat) dan kemajemukan yang ada.